Kalian takkan pernah tahu betapa mengerikannya waktu. Sang waktu mampu membawa kalian kemanapun, ketempat dimana semua kenangan indah serta buruk terkubur. Sang waktu bisa merubah seseorang menjadi sangat jahat ataupun sebaliknya, sangat baik. Maka, pergunakan waktu itu sebaik yang kalian bisa.
....
Sekolah baru.
Apa yang kalian pikirkan tentang lingkungan sekolah baru ? Teman ? Pacar ? Atau Popularitas dikalangan orang – orang tertentu ?. Sudah sangat jelas Teman dan seorang pacar alias pujaan hati bagi yang masih men-jomblo. Popularitas juga perlu, kenapa ? karena tidak dikenal disekolah maka kalian hanya akan menjadi sebuah bayangan ada tapi kadang tidak terlihat. Begitu bicara sekolah tidak akan jauh dari gossip dan pelajaran. Surga untuk para remaja pintar dan neraka bagi mereka yang hanya suka menyetor tampang ke sekolah.
Berbeda bagi, Olav. Ia merasa sekolah itu membosankan, menyebalkan, bahkan menyedihkan sekali ia harus belajar hanya demi mengejar selembar kertas. Itu sama saja dengan hal bodoh. Tidak mengasyikkan. Tapi itu dulu. Sebelum ia bertemu seorang cowok cakep yang benar – benar membuatnya jatuh cinta. Cinta pertamanya. Meskipun sama sekali nggak jadian tapi, cowok itu yang pertama menyentuh hatinya.
Daann….
GUBRAAAAKKK !!
“Adoowwhh… sakiittt…!.” Pekik Olav sembari mengusap lututnya yang lecet karena ditabrak seseorang dari belakang. “Woiii… sialan lo ! lo kira lorong sekolah punya kakek moyang lo yah !.” Rutuknya.
“Hahaha. Rasain. Siapa suruh elo meleng, dasar jelek !.” Mata Olav membulat, melotot kepada cewek yang sedang mengejeknya. Ia mengenali cewek itu.
Oh yaaa.. siapa sih yang nggak kenal sama cewek satu ini dan dia memang selalu mengganggu Olav. Seantero sekolah terpesona pada parasnya yang cantik nan menggoda namun sayang cuma sedikit orang yang tahu sikap buruk cewek itu. Salah satunya Olav.
“Dasar mulut racun !.” Balas Olav sengit. Ia tidak pernah takut pada Audry. Cewek pesolek yang otaknya nol besar !.
“Cewek jelek ! Mulut lo tuh yang banyak racun. Hahaaha.”
Audry berjalan dan tidak mempedulikan Olav yang masih sedikit meringis karena luka di lututnya.
“Kurang ajar banget tuh cewek !.” Gumam Olav. Dan iapun berjalan menuju UKS untuk meminta obat merah.
…
Dari jendela UKS ia melihat seorang cowok yang sepertinya ia kenal. Ingin memastikan, Olav masuk tanpa mengetuk terlebih dahulu sehingga mendapati pemandangan yang sedikit membuatnya shock. Guru UKSnya berciuman dengan seorang cowok yang berseragam SMA dan seragam itu bukan seragam sekolahnya. Ia menatap dengan tatapan kosong ketika melihat cowok itu dia mengenalnya. Cowok yang tiga tahun lalu membuatnya berubah. Seorang cowok yang mengendalikan semua dunianya, katakan saja cowok itu adalah pusat dunianya. Cowok yang saat ini sedang menatapnya pula dengan tatapan terkejut namun sedetik kemudian tanpa rasa bersalah ia malah melanjutkan aksinya tersebut.
“Mmmhhmm… stop Rraa..” Ucap Ibu Widya. Dia berusaha melepaskan diri dari cowok itu. Yurra Saputra. Arra-nya.
Olav masih mematung di depan UKS tapi pintunya telah ditutup rapat.
“Olav, ibu mohhon jangan ceritakan ini pada siapapun. Ibu..”
Arra menatap dingin kearahnya, ia hanya tertunduk tanpa bisa mengatakan apapun.
“Elo kalo mau bilang, bilang aja. Gue nggak takut sama lo.” Ucapnya dingin sama seperti tatapan matanya.
“Buat apa. Gue nggak peduli ama urusan lo, Arra.”
Kali ini ekspresi wajah Arra terkejut sekali, ia tidak menyangka sama sekali akan ada yang mengenalinya dengan nama itu setelah sekian lama. Nama itu telah lama tidak didengarnya.
“Siapa lo ?.” Raut wajah Arra mengeras seolah ingin meledak marah.
“Mungkin lo lupa, tapi gue inget banget kalo elo dulu bukan cowok seperti sekarang.” Ucap Olav.
“Ini hidup gue.” Arra pergi meninggalkan UKS setelah mengambil jaket dan bicara dengan Bu Widya.
Olav sangat terkejut dengan amarah yang dilihatnya tadi disela – sela ucapan cowok cakep itu. Satuhal yang pasti ia menemukan pusat dunianya lagi, namun ia telah berubah sama seperti halnya dirinya. Sayangnya, cowok itu berubah menjadi orang lain. Bukan cowok baik tapi pastilah masih ada sebuah kebaikan dalam hatinya. Untuk itu, Olav telah memutuskan jika ia ingin mengembalikan cowok itu seperti dulu ia harus berjuang dan mungkin itu sama sekali tidak mudah. Tapi, gimana caranya ? kalau keberadaan cowok itu aja dia nggak tahu sama sekali.
Mungkin...
“Olav ! kenapa kamu melamun saat pelajaran saya !.”
Olav menelan ludah dan matanya terbelalak karena kaget mendengar suara Pak Komar, guru bahasa indonesianya.
“Eheheee, bapakk maaf yah pak. Saya lagi laper niih.” Ucapnya asbun(asal bunyi) sehingga seisi kelas menertawakannya.
“Kamu ini ! cepat jawab soal halaman 145.” Perintah Pak Komar dengan lantang dan tegas.
“Gue benci bahasa….” Gumamnya dalam hati.
…
Sore itu, Olav memutuskan untuk pergi mencari Bu Widya guru UKSnya. Ia mencari beliau di UKS namun tidak menemukan wanita paruh baya namun masih cantik itu. Dan ketika sampai di depan ruang kepala sekolah barulah ia menemukan sosok Bu Widya. Beliau sedang menangis tersedu – sedu dan disebelahnya ada Audry. Olav berpikir sedang apa mereka disana dan untuk apa guru UKS itu menangis seperti itu.
Tak berapa lama, Audry menuju pintu dan berniat keluar. Olav buru – buru bersembunyi agar tidak ketahuan ingin menguping pembicaraan kepala sekolah dengan guru UKS tersebut.
“Baik pak, saaaya akkan mengundurkan diri hari ini jugga.”
Dan Bu Widya-pun keluar ruangan tersebut, Olav mengejar beliau dan sampai di ruangan UKS barulah ia berhasil mengajak beliau bicara.
“Ada Bu ?.”
“Apa kamu yang mengatakan kepada Audry tentang peristiwa tadi pagi ?.”
Olav terkejut. Ia yakin cewek racun itu berkata yang tidak – tidak dan mengadukan kejadian yang sebenarnya memalukan untuk dilakukan seorang guru seperti Bu Widya.
“Nggak ada bu. Saya aja baru selesain tugas dari Pak Komar.”
“Artinya dia memang melihat juga. Maafin Ibu kalo nggak jadi guru yang memberikan contoh yang baik sama kamu, Lav.”
Olav menatap sedikit sedih untuk guru itu. Ia tahu ia wanita yang baik dan kehilangan suami diusia yang sangat muda.
“Sebenernya saya pengin tanya sama Ibu, Arra itu kenal sama Ibu dimana ? dan lagi sekolah dimana, seragamnya saya belom pernah lihat.” Ucap Olav to the point karena dia memang selalu begitu.
“Dia itu Yurra. Ibu kenal dia waktu ibu hampir di copet.” Sahut Bu Widya tidak keberatan menjawab pertanyaannya. “Dia sekolah di SMA RedFire. Dia ketua geng disana, ditambah lagi sekolah itu memiliki reputasi buruk karena banyak melakukan tawuran dengan sekolah lain.”
“RedFire yang katanya mencetak preman terbanyak daripada mencetak sarjana berbakat ?.”
Olav terdiam. Ia tidak lagi mendengar apa yang dikatakan Bu Widya. Yang sempat ia katakan hanya ‘terimakasih’ pada guru itu dan pergi begitu saja.
Selama ini apa saja yang terjadi pada Arra-nya yang manis dan baik hingga menjadi seorang ketua geng disekolah preman itu. Apa yang harus ia lakukan sekarang ?. Bagaimana semuanya bisa terjadi pada cowok itu ?. Olav terus memikirkannya.
***
Hari itu mendung. Minggu pagi yang sedikit menyenangkan untuk Olav. Dengan kaos longgar dan celana hotpants-nya ia duduk ditepian jendela sembari memegang telepon ditangannya. Seminggu telah berlalu setelah peristiwa di UKS tersebut. Gossip sekolahpun banyak merebak akibat ucapan tidak bertanggungjawab dari Audry. Ingin sekali rasanya member pelajaran pada cewek cantik dengan hati iblis itu sayangnya, Olav tidak suka bals dendam. Ia memilih berdiam diri dan tidak peduli.
Ia memijit beberapa nomor dan..
“Halo, Pa. Apa kabar ?.” Terdengar suara diujung sana.
“Baik sayang, Mamamu juga baik. Kami sedang menghadiri acara pernikahan teman lama disini. Ada yang terjadi ?.”
Olav menyayangi papa-nya. Beliau selalu tahu ketika ia sedang dalam masalah atau sedang menginginkan sesuatu.
“Pa. Olla mau pindah ke RedFire.” Ucapnya.
“RedFire ? Kenapa ? Bukankah…”
“Pa, Olla ketemu Arra.” tukasnya dan papa-nya terdiam. Ia yakin papa-nya pasti mengenali nama itu. Bocah laki – laki yang membuat anak kesayangannya berubah.
“Lantas. Apa yang akan kamu lakukan sayang ?.”
Olav menceritakan tentang peristiwa seminggu yang lalu pada papa-nya. Dan ada sesuatu yang sedikit membuatnya terkejut tentang keluarga Arra. Ia pun bertekad masuk RedFire. Apapun yang terjadi ia harus membawa kembali Arra. Sesulit apapun ia tetap berusaha.
aku tunggu lanjutannya nihh ... :)
BalasHapusaku juga ada blog, yahh... walaupun isinya aneh aneh, huehehe...
bisa visit :) http://amathugtug.blogspot.com