Rabu, 23 November 2011

Princess Assa.

riyu18@facebook.com
Kira menatap wajahnya dicermin, ia Nampak pucat. Matanya cekung dengan lingkaran hitam disekelilingnya. Ia tahu hal ini lambat laun akan terjadi, ia merasa bersalah pada Assa. Gadis polos yang mencintainya sepenuh hati tanpa peduli bagaimana dirinya saat ini. Ia bahkan tidak bisa sekedar memberi kepastian pada gadis itu. Saat ini yang ia harapkan hanya kesempatan kedua dari Tuhan namun, harapan itu hanyalah kesemuan belaka. Ia ingin sekali memanjakan gadis dihadapanya,  entah sudah berapa kali Kira mendapati diam – diam gadis itu menangis sendirian.
Putri Assa, nama yang unik. Aku berdoa semoga ia akan selalu mendapatkan kebahagiaannya. Jika operasiku tidak berjalan baik dan janjiku adalah menjaganya meski aku tak lagi nyata untuknya.
            “Gimana hari ini ?.” tanyanya. Seperti biasa ia tersenyum dengan manis dan senyumnya membuatku ingin tetap memperjuangkan hidupku meski kemungkinannya hanya nol koma lima persen.
            “Lo inget nggak, waktu pertama kali kita ketemu ? Elo itu judes banget ditambah lagi rese’ gitu, ngatain gue !”.
Aku terdiam mendengar celotehnya yang mirip burung kecil. Sejujurnya aku ingat semua hal tentang pertemuanku dengan gadis manis dihadapannya. Yang tidak ia tahu adalah pertemuan pertamaku dengannya, saat ia akan wawancara kerja. Hari itu aku terburu – buru akan janji temu dengan dokter Harris. Aku ingat wajahnya yang cemberut serta sempat menggerutu. Lucu. Dan mungkin hari itu adalah hari dimana takdir mengikat kami hingga mempertemukan kami berdua.
Banyak ucapan terimakasih yang harusnya kuberikan untuknya serta bersyukur pada Tuhan yang telah mengirimkan malaikat semanis Assa, dihari terakhir – terakhirku.
            “Yang semangat ya, Kak Kira !” ucap Hesti. Gadis lesbian yang pada akhirnya menemukan lelaki yang bisa ia percayai sepenuhnya.
            “Tenang aja, gue ngerasa baik banget. By the way, gue nitip surat ini kalo hal terburuk terjadi saam gue, Hes.” Kebetulan hari ini Assa sedang di Bandung mengantar kakaknya yang telah sembuh total dari kecelakaan yang dialaminya.
            “Buat ?.”
            “Assa. Dia harus jadi orang pertama yang buka surat itu. Gue percaya sama elo, Hes. Kalo gue selamet dan tetep ada diantara kalian semua, lo boleh bakar itu semua atau dibaca. Oke.”
            Hesti mengangguk.
Aku tahu ia tidak merasakan apa yang aku rasakan hari itu. Firasatku mengatakan, bahwa Tuhan ingina ku pulang kembali kepangkuannya. Jadi, aku yakin surat itu berguna untuk “Putri Assa ku”. Putri yang membawa damai dihari – hari terakhirku di dunia. Putri yang selalu terkenang dihatiku…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar