Sabtu, 31 Desember 2011

Song Eun Yo (Part 2)


Part 2
Hari ini lagi – lagi dia tersenyum padaku. Dia masih ketus hanya saja ia berbeda sejak hari itu. Sejak hari ia berkunjung ke apartemenku yang bobrok. Bukan aku merasa bahagia karena ternyata ia adalah cowok yang baik. Aku memang menyukainya, sejak aku ditolong olehnya. Ia memang pembuat onar, suka membolos, sering sekali dihukum karena tidak mematuhi peraturan. Dia juga bukan siswa yang cerdas. Aku mendekatinya, karena aku merasa ia juga sama kesepiannya seperti aku, itu awalnya. Tapi ternyata, ia jauh lebih baik dari yang kukira.
            “Hei… kau menyeramkan berdiam seperti itu..” ucapnya. Ia terlihat tampan, mirip dengan artis korea Rain.
            “Aku sedang berpikir, hahaha… aku ingin berterimakasih padamu, sudah mau menjengukku.”
            “Heh ? Sudah kubilang, jangan membahas itu lagi. Kau ini…”
            “Apa kau tidak punya teman dekat ?” aku malah bertanya seperti itu pada Jung-sou, jelas saja aku tahu dia punya seorang teman bernama Dong-cae. Aku hanya ingin ia bercerita setidaknya agar aku tahu tentang cowok disampingku.
            “Jika yang kau maksud sahabat, mungkin aku tidak punya. Kalau teman aku memiliki beberapa, bukan teman sekolah. Dan kau tidak akan senang mengetahui siapa temanku.” Ucapnya tegas dan serius. Aku menatapnya tercengang.
            “Jangan menganga seperti itu, kau keliahatan bodoh.” Lanjutnya.
Aku tersenyum. Dia membuatku merasa begitu diharapkan, tapi aku sedikitpun tidak tahu apapun tentang dia bahkan kapan cowok ini berulang tahunpun aku tidak tahu. Bagaimana ia dirumah dan apakah ia tahu kalau aku menyukainya. Hmm… aku merasa pusing sendiri.
Sore itu, setelah bubaran sekolah. Tanpa sengaja aku melihat Jung-sou menghampiri seorang yang memakai jas serba hitam, usianya mungkin sekitar lima puluh tahunan. Mereka berbicara dengan wajah serius, terutama Jung-sou. Jujur saja, aku tidak suka menguping tapi untuk kali ini, rasa ingin tahuku sangat mengganggu.
            “Aku tidak mau ulang tahunku dirayakan, biarkan saja mereka juga tidak akan hadir. Aku harap kau menyampaikan ini pada mereka…”
            Kudengar cowok itu berkata demikian tegas pada pak tua disebelahnya.
            “Tapi, Tuan Hatori sudaah…”
            “Jangan bicara itu lagi, aku bilang aku tidak akan merayakannya. Apa itu kurang jelas untukmu Kenji-san ?” kali ini nadanya terdengar sebal sekaligus gusar.
            “Baiklah, Tuan muda. Aku akan mengatakan ini, pada Tuan Hatori.” Ucap pak tua—yang dipanggil Kenji-san oleh Jung-sou—itu sambil membungkuk.
            “Sekarang kau boleh pergi, aku akan naik kereta saja. Ada yang harus kukerjakan. Dan kau pasti tahu itu…” nadanya melunak dan terdengar senang.

Aku sungguh tidak menyangka, cowok itu adalah seorang tuan muda. Dia bahkan tidak pernah menunjukkan itu, ia terkesan cuek dan jarang peduli dengan hal – hal yang bermerk. Dan mengenai ulang tahunnya, kenapa aku tidak tahu kapan anak itu ulang tahun. Mungkin aku harus mencari tahu sedikit, paling tidak aku bisa menyiapkan hadiah untuknya.
            “Apa yang kau lakukan disini gadis aneh ?” tiba – tiba saja, Jung-sou sudah ada disebelahku.
            “Kyyyaaa… kau ini, mengejutkanku saja. Apa kau tidak tahu aku ini mudah terkejut.” Gerutuku.
            “Hmm.. kau mirip penguntit, tidak kusangka kau mudah terkejut.”
            “Kau ini…”
            “Fuuh.. sudahlah ayo kuantar pulang…”
            “Baiklah, ayooo… kenapa ya, hari ini cepat berlalu. Aneh.” Ucapku. Dan ia hanya tersenyum melihatku yang seperti itu. Senyum yang hangat dan jarang kulihat saat bersamanya, apa ia tidak tahu kalau ia selalu membuatku berdebar – debar seperti ini ?.
“Aapa ?? kau mau tahu kapan, Jung-sou berulang tahun dariku ? Tapii.. kau kan dekat dengannya, kenapa bertanya padaku ?” ucap Dong-cae begitu aku mendapatinya di tempat ia bisa nongkrong bersama yang lain, untungny Jung-sou hari ini tidak masuk. Aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi padanya—padahal jelas aku cemas—sampai tidak masuk sekolah.
            “Pelankan suaramu, kau ini. Mau tidak membantuku ?.”
            “Baiiiikk, kalau saja aku tidak ingat kau ini adik temanku. Aku tidak ingin melakukan perbuatan bodoh begini. Kenapa kau tidak menyatakan perasaanmu saja sih.” Gerutunya.
            “Apa sangat jelas terlihat ?”
            “Hanya si Jung-sou bodoh, itu saja yang tidak peka sama sepertimu ! kalian berdua sama – sama bodoh.”
Sialan, Dong-cae malah mengataiku. Awas saja kalau ia tidak berhasil aku akan bilang pada kakakku. Haahaha, maksudku kakak angkatku. Keluarga angkatku tinggal di New York, mereka berharap aku mau pindah ke sana namun aku berkeras tinggal disini sampai sekolah SMA-ku selessai.

Aku menerima informasi itu, Dong-cae memang hebat. Hahhaa. Dan ternyata ulang tahun cowok itu adalah besok. Aku belum sempat menyiapkan apapun, kenapa cowok itu tertutup sekali ya. Pulang sekolah hari itu, aku bergegas menuju pertokoan dekat rumah Dong-cae. Dia juga mengantarku, aku hanya membeli perlengkapan merajut dan sebuah buku tentang cara memasak kue. Hahaha. Aku berniat membuat hadiah itu sendiri. Agar lebih berkesan dan Jung-sou akan senang.
            “Terimakasih, Dong-cae. Aku harap kau mau merahasiakan ini dari Jung-sou.”
            “Tentu saja, memang aku seember itu, kau ini..” dia menjitak kepalaku. Aku dan dia hanya tergelak setelahnya. Dan aku melihat sekilas sosok yang ku kenal, Park Jung-sou. Ia sedang menatapku—maksudku menatap aku dan Dong-cae—tatapannya datar. Ia mendekati kami. Celaka. Peralatan ini, harus kusembunyikan.
            “Kalian, sedang apa?” Dong-cae menatapku ketika mendengar suara yang dikenalnya dan seolah berkata ‘tenang saja’.
            “Heiii…” sapaku sebisanya. Karena gugup.
            “Oh, kau Jung-sou. Aku hanya mengantar barang – barang ini kerumah Eun-yo. Hanya saja, aku malah bertemu dengannya disini. Jadi kebetulan, aku langsung saja menyerahkannya kemari.” Sahut Dong-cae tenang.
            “Ohh.. kupikir kaliaaan…”
            “Kenapa?” tanyaku.
            “Tidak bukan apa – apa.”
            “Ehmm, hei Jung-sou tolong antar dia pulang ya. Aku masih ada urusan.” Setelah berkata begitu, Dong-cae memang menghilang. Kemana ya, cowok itu ?.
            “Kau… untuk apa, dia memberikanmu barang seperti itu, apa kau mau menjual hasil buatan tanganmu ?.”
            “Hehehe. T-tidaak, untuk apa melakukan itu. Tabunganku masih cukup kok. Hanyaaa s-saja, mhmm… ada seseorang yang ingin kubuatkan ini. Aku tidak tahu, ia menyukainya atau tidak. Tapi paling tidak, aku sudah memberikannya sesuatu yang kubuat sendiri.”
            “Siapa ? Laki – laki itu ?” nadanya datar sekali.
            “Kau mengenalnya kok… tenang saja, besok kau akan tahu.”
            “Apa dia begitu penting untukmu, sepertinya kau sangat menyukainya.”
            “Akuu memang sangaaaat menyukainyaaa…”
            “Jangan mengatakan hal bodoh di depanku, kau terlihat lebih bodoh dari sebelumnya.” Gerutunya.
            “Hmm.. Jung-sou, terimakasih kau mau mengantarku. Kita sudah sampai. Terimakasih, Jung-sou. Kau sangat baik, aku beruntuung mengenalmu.”
            “Aku juga merasa begitu.” Gumamnya.. aku merasa ia begitu sedih. Apa telah terjadi sesuatu ? tapi dikalimat berikutnya ia hanya tersenyum dan berkata “Sampai jumpa, Eun-yo.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar