Part 2
Hari ini lagi – lagi dia tersenyum padaku.
Dia masih ketus hanya saja ia berbeda sejak hari itu. Sejak hari ia berkunjung
ke apartemenku yang bobrok. Bukan aku merasa bahagia karena ternyata ia adalah
cowok yang baik. Aku memang menyukainya, sejak aku ditolong olehnya. Ia memang
pembuat onar, suka membolos, sering sekali dihukum karena tidak mematuhi
peraturan. Dia juga bukan siswa yang cerdas. Aku mendekatinya, karena aku
merasa ia juga sama kesepiannya seperti aku, itu awalnya. Tapi ternyata, ia
jauh lebih baik dari yang kukira.
“Hei…
kau menyeramkan berdiam seperti itu..” ucapnya. Ia terlihat tampan, mirip
dengan artis korea Rain.
“Aku
sedang berpikir, hahaha… aku ingin berterimakasih padamu, sudah mau
menjengukku.”
“Heh
? Sudah kubilang, jangan membahas itu lagi. Kau ini…”
“Apa
kau tidak punya teman dekat ?” aku malah bertanya seperti itu pada Jung-sou,
jelas saja aku tahu dia punya seorang teman bernama Dong-cae. Aku hanya ingin
ia bercerita setidaknya agar aku tahu tentang cowok disampingku.
“Jika
yang kau maksud sahabat, mungkin aku tidak punya. Kalau teman aku memiliki
beberapa, bukan teman sekolah. Dan kau tidak akan senang mengetahui siapa
temanku.” Ucapnya tegas dan serius. Aku menatapnya tercengang.
“Jangan
menganga seperti itu, kau keliahatan bodoh.” Lanjutnya.
Aku tersenyum. Dia membuatku merasa begitu
diharapkan, tapi aku sedikitpun tidak tahu apapun tentang dia bahkan kapan cowok ini berulang tahunpun aku tidak tahu.
Bagaimana ia dirumah dan apakah ia tahu kalau aku menyukainya. Hmm… aku merasa
pusing sendiri.
…
Sore itu, setelah bubaran sekolah. Tanpa
sengaja aku melihat Jung-sou menghampiri seorang yang memakai jas serba hitam,
usianya mungkin sekitar lima puluh tahunan. Mereka berbicara dengan wajah
serius, terutama Jung-sou. Jujur saja, aku tidak suka menguping tapi untuk kali
ini, rasa ingin tahuku sangat mengganggu.
“Aku
tidak mau ulang tahunku dirayakan, biarkan saja mereka juga tidak akan hadir.
Aku harap kau menyampaikan ini pada mereka…”
Kudengar
cowok itu berkata demikian tegas pada pak tua disebelahnya.
“Tapi,
Tuan Hatori sudaah…”
“Jangan
bicara itu lagi, aku bilang aku tidak akan merayakannya. Apa itu kurang jelas
untukmu Kenji-san ?” kali ini nadanya terdengar sebal sekaligus gusar.
“Baiklah,
Tuan muda. Aku akan mengatakan ini, pada Tuan Hatori.” Ucap pak tua—yang
dipanggil Kenji-san oleh Jung-sou—itu sambil membungkuk.
“Sekarang
kau boleh pergi, aku akan naik kereta saja. Ada yang harus kukerjakan. Dan kau
pasti tahu itu…” nadanya melunak dan terdengar senang.
Aku sungguh tidak menyangka, cowok itu
adalah seorang tuan muda. Dia bahkan tidak pernah menunjukkan itu, ia terkesan
cuek dan jarang peduli dengan hal – hal yang bermerk. Dan mengenai ulang
tahunnya, kenapa aku tidak tahu kapan anak itu ulang tahun. Mungkin aku harus
mencari tahu sedikit, paling tidak aku bisa menyiapkan hadiah untuknya.
“Apa
yang kau lakukan disini gadis aneh ?” tiba – tiba saja, Jung-sou sudah ada
disebelahku.
“Kyyyaaa…
kau ini, mengejutkanku saja. Apa kau tidak tahu aku ini mudah terkejut.”
Gerutuku.
“Hmm..
kau mirip penguntit, tidak kusangka kau mudah terkejut.”
“Kau
ini…”
“Fuuh..
sudahlah ayo kuantar pulang…”
“Baiklah,
ayooo… kenapa ya, hari ini cepat berlalu. Aneh.” Ucapku. Dan ia hanya tersenyum
melihatku yang seperti itu. Senyum yang hangat dan jarang kulihat saat
bersamanya, apa ia tidak tahu kalau ia selalu membuatku berdebar – debar
seperti ini ?.
…
“Aapa ?? kau mau tahu kapan, Jung-sou
berulang tahun dariku ? Tapii.. kau kan dekat dengannya, kenapa bertanya padaku
?” ucap Dong-cae begitu aku mendapatinya di tempat ia bisa nongkrong bersama
yang lain, untungny Jung-sou hari ini tidak masuk. Aku sendiri tidak tahu apa
yang terjadi padanya—padahal jelas aku cemas—sampai tidak masuk sekolah.
“Pelankan
suaramu, kau ini. Mau tidak membantuku ?.”
“Baiiiikk,
kalau saja aku tidak ingat kau ini adik temanku. Aku tidak ingin melakukan
perbuatan bodoh begini. Kenapa kau tidak menyatakan perasaanmu saja sih.”
Gerutunya.
“Apa
sangat jelas terlihat ?”
“Hanya
si Jung-sou bodoh, itu saja yang tidak peka sama sepertimu ! kalian berdua sama
– sama bodoh.”
Sialan, Dong-cae malah mengataiku. Awas
saja kalau ia tidak berhasil aku akan bilang pada kakakku. Haahaha, maksudku
kakak angkatku. Keluarga angkatku tinggal di New York, mereka berharap aku mau
pindah ke sana namun aku berkeras tinggal disini sampai sekolah SMA-ku
selessai.
Aku menerima informasi itu, Dong-cae memang
hebat. Hahhaa. Dan ternyata ulang tahun cowok itu adalah besok. Aku belum
sempat menyiapkan apapun, kenapa cowok itu tertutup sekali ya. Pulang sekolah
hari itu, aku bergegas menuju pertokoan dekat rumah Dong-cae. Dia juga
mengantarku, aku hanya membeli perlengkapan merajut dan sebuah buku tentang
cara memasak kue. Hahaha. Aku berniat membuat hadiah itu sendiri. Agar lebih berkesan
dan Jung-sou akan senang.
“Terimakasih,
Dong-cae. Aku harap kau mau merahasiakan ini dari Jung-sou.”
“Tentu
saja, memang aku seember itu, kau ini..” dia menjitak kepalaku. Aku dan dia
hanya tergelak setelahnya. Dan aku melihat sekilas sosok yang ku kenal, Park
Jung-sou. Ia sedang menatapku—maksudku menatap aku dan Dong-cae—tatapannya
datar. Ia mendekati kami. Celaka. Peralatan ini, harus kusembunyikan.
“Kalian,
sedang apa?” Dong-cae menatapku ketika mendengar suara yang dikenalnya dan
seolah berkata ‘tenang saja’.
“Heiii…”
sapaku sebisanya. Karena gugup.
“Oh,
kau Jung-sou. Aku hanya mengantar barang – barang ini kerumah Eun-yo. Hanya
saja, aku malah bertemu dengannya disini. Jadi kebetulan, aku langsung saja
menyerahkannya kemari.” Sahut Dong-cae tenang.
“Ohh..
kupikir kaliaaan…”
“Kenapa?”
tanyaku.
“Tidak
bukan apa – apa.”
“Ehmm,
hei Jung-sou tolong antar dia pulang ya. Aku masih ada urusan.” Setelah berkata
begitu, Dong-cae memang menghilang. Kemana ya, cowok itu ?.
“Kau…
untuk apa, dia memberikanmu barang seperti itu, apa kau mau menjual hasil
buatan tanganmu ?.”
“Hehehe.
T-tidaak, untuk apa melakukan itu. Tabunganku masih cukup kok. Hanyaaa s-saja,
mhmm… ada seseorang yang ingin kubuatkan ini. Aku tidak tahu, ia menyukainya
atau tidak. Tapi paling tidak, aku sudah memberikannya sesuatu yang kubuat
sendiri.”
“Siapa
? Laki – laki itu ?” nadanya datar sekali.
“Kau
mengenalnya kok… tenang saja, besok kau akan tahu.”
“Apa
dia begitu penting untukmu, sepertinya kau sangat menyukainya.”
“Akuu
memang sangaaaat menyukainyaaa…”
“Jangan
mengatakan hal bodoh di depanku, kau terlihat lebih bodoh dari sebelumnya.”
Gerutunya.
“Hmm..
Jung-sou, terimakasih kau mau mengantarku. Kita sudah sampai. Terimakasih,
Jung-sou. Kau sangat baik, aku beruntuung mengenalmu.”
“Aku
juga merasa begitu.” Gumamnya.. aku merasa ia begitu sedih. Apa telah terjadi
sesuatu ? tapi dikalimat berikutnya ia hanya tersenyum dan berkata “Sampai
jumpa, Eun-yo.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar