Orang berkata aku jahat, tapi orang tak tahu apa yang kurasakan hingga sikapku menjadi seperti ini. Aku bukan ingin menjadi penjahat, aku hanya ingin menjadi pusat perhatian. Aku tak mau dilupakan, aku hanya ingin mendapat sedikit tempat di pikiran mereka. Aku ini juga manusia… egois, munafik, dan penuh kritik. Inilah duniaku. Aku tidak mau menjadi seperti mereka – mereka yang memakai topeng kebaikan untuk mendapat simpati. Aku tidak berharap simpati, aku hanya mau jadi pusat perhatian. Ini tentang bukan kecantikan, bukan tentang apapun. Tapi setelah kupikir ini tentang hidupku yang berubah setelah mengenalnya.
…
“Kau sedang apa ?” Dia bertanya seolah aku sedang tidak marah.
“Apa kau buta ?.”
Aku sedang dihukum dan dia malah bertanya seolah tidak melihat papan yang tergantung dileherku. Aku mendengus sebal padanya.
“Apa kau marah karena pak Kuon tidak mengizinkanmu pulang duluan ?”
Aku menatapnya garang, benar – benar gadis aneh. Aku benci sekaligus merasa heran dengan gadis yang berada dihadapanku ini. Namanya Song Eun-yo. Gadis aneh dengan kacamatanya, benar – benar gadis yang berbeda dengan yang lain. Harus kuakui itu, karena dia satu – satunya gadis yang mau bertanya tentang masalahku. Hanya saja aku tidak suka ia mencampuri urusanku.
“Kau ini…” Ucapnya sambil menyodorkan saputangan kearahku. Aku memilih mengabaikannya, membiarkan ia pergi. Aku tidak mau ia kecewa dengan apa yang ia temukan tentang aku yang seorang berandal, pembuat onar yang selalu bermasalah.
“Pergi ! aku tidak butuh belas kasihanmu.” Ucapku tegas dan meneruskan hukuman yang diberikan Pak Kuon padaku. Ia menatapku datar, kupikir dia akan pergi. Ternyata ia malah menemaniku dan mengajakku bicara mengenai keluarganya yang sangat berisik. Aku yang terkena hukuman dengan terpaksa juga, harus memperhatikan. Apa ini hari yang panjang ? Kurasa mungkin, IYA.
…
“Pagiii Jung-sou, kau sedang apa ??” gadis itu tiba – tiba sudah berada disampingku. Padahal aku sedang bersembunyi darinya. Dia begitu banyak bicara tapi entah bagaimana, ia selalu berhasil menarik perhatianku dengan bicara banyak seperti itu.
“Berisiiikk !” gerutuku. Aku menatapnya geram.
“Heeii… ayolaaaah, kenapa kau selalu ketus begitu padaku, aku inikan temanmu juga. Rasanya bila dengan teman cowok lain, kau tidak seketus ini.” Wajahnya berubah sedikit sendu.
“Kau ini, dasar gadis cerewet, apa kau tidak ada pekerjaan lain selain menguntitku ? Lucu sekali, gadis sepertimu menguntit seorang cowok berandal. Dasar gadis aneh !” makiku. Tapi ia bukannya pergi malah tetap duduk disampingku. Seolah ikut menikmati langit senja di musim gugur ini.
…
Hari itu tiba – tiba cuaca mendadak mendung. Dan sialnya aku tidak pernah memperhatikan ramalan cuaca hingga aku harus berdiam selama beberapa jam di sekolah. Dan ditambah lagi, aku sudah berjanji tidak akan menelpon Kenji-san. Dia kepala pelayan di rumahku, jika gedung besar itu masih bisa kusebut rumah. Lama aku termenung di lorong sambil memperhatikan hujan yang mulai turun membasahi bumi, memberi penghidupan untuk para tanaman yang ada di halaman belakang sekolahku.
Aku menatap sekeliling halaman, hari ini gadis itu tidak nampak sama sekali. Tapi entah kenapa aku merasa merindukan si cerewet itu. Aku berusaha mencari informasi pada salah seorang teman sekelasnya, katanya ia tidak masuk karena ada urusan keluarga. Ciihh… urusan keluarga apa ?
“Jung-sou, sedang apa kau disini ? tidak biasanya masih disekolah jam segini ?”
Suara Dong-cae mengagetkanku. Dia teman sekelasku juga temanku berbuat onar. Dia orang yang sangat baik.
“Aku lupa membawa payung, kau sendiri mau apa disekolah jam segini ?”
“Aku mau mengantar surat ini untuk, Eun-yo. kudengar kau sedang dekat dengannya, jadii.. aku harap kau menyampaikan ini untuknya.”
“Surat apa ? apa kau menyukainya, Dong-cae ?” suaraku terdengar galak sampai – sampai Dong-cae terlihat takut.
“Jangan salah sangka… itu untuk orang tua walinya. Apa kau tidak tahu, dia itu dibesarkan dipanti asuhan dan sejak kecil hidup sendiri.” Ucap Dong-cae.
Aku mendengarkan seluruh ceritanya, aku sangat terkejut dan berharap bersikap lebih baik padanya. Dia memang gadis aneh yang berbeda. Diaa… gadis yang manis.
…
Aku mengetuk pintu kamar nomor 180, apartemen itu terlihat sudah tua. Bangunannya bobrok, tak kusangka gadis itu tinggal ditempat seperti ini. Sungguh berbeda dengan kepribadiannya yang suka tersenyum. Bangunan itu terlihat suram. Apa yang dia pikirkan saat tinggal ditempat seperti ini ?
“S-siapaa.. ?” suaranya parau, seperti ia terkena flu.
“Bukaaa cepaaat disiniiii dingiin, kau tahu tidak …” gerutuku.
Ia dengan segera membuka pintunya dan terkejut melihatku di depan pintu apartemennya.
“Mau apa k-kau ? Darimaanaa…”
“Kau tidak mengundangku masuk ? Tidaaak sopan…” ucapku.
“Ahh.. maaf.” Ia berkata demikian dan mempersilakanku untuk masuk.
Dugaanku sangat salah, kamar gadis itu sangat sederhana dan rapi. Aku suka kamar ini meski kecil namun tidak membuat sesak napas.
“Maaf, aku sedang kurang enak badan jadi berantakan seperti ini, Jung-sou.”
Aku menatapnya sejenak dan beralih pada foto di meja dekatku duduk. Disana terdapat foto gadis kecil dengan pita merah muda di kepalanya diapit oleh kedua orangtunya. Sepertinya.. itu foto keluarganya.
“Merekaa, ayah dan ibuku.” Ucapnya.
“Aku tidak bertanya. Aku hanya ingin menyerahkan ini, daan.. kau sedang flu, kenapa tidak mengatakan saja kalau kau sakit. Kenapa harus ada urusan keluarga ?”
Dia menatap amplop itu sejenak, dan beralih padaku dan tersenyum.
“Kau ini, benar dugaanku. Kau jelas cowok yang baik. Hehee. Aku buatkan teh untukmu, tunggulah.” Aku buru – buru menarik tangannya. Gadis itu demam. Benar. Tangannya panas sekali.
“Duduklah, aku tidak ingin merepotkan.”
“Tapii…”
“Duduk saja, aku ingin kau tidak banyak bergerak.”
Aku menelpon Kenji-san dan menyuruhnya agar membawakan obat yang kuminta, juga makanan untuk menambah tenaga.
Dia tertidur setelah aku memaksanya. Dan wajahnya sangat cantik, saat itu aku sadar kalau aku menyukai gadis aneh itu. Dia membuatku merasakan bahwa dia harus kulindungi. Aku tersenyum saat mendapati bahwa, aku mungkin akan kerepotan. Dengan gadis satu ini. Song Eun-yo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar